Kamis, 10 November 2011

Ikhlash itu bertahtanya di hati ...


Marilah menengok hati saudara kita …

Syahdan, ada seorang muslimah yang bertahta dalam kokohnya benteng hati. Benteng tersebut terbangun atas dasar mahabbah dan ukhuwwah serta berhias etika dalam jamaah.
Muslimah tersebut  menyulam untaian amaliyahnya bersama dengan orang-orang yang enggan melintasi benteng hatinya. Oh,.. bukan enggan, melainkan tak mampu. Terlalu jauh logika mereka mampu memahami dan mengerti.

Apakah hal ini membuatnya berkecil hati? Tidak !!, .. muslimah tersebut tetap tengadah meski harus bersusah payah mengais mata air ikhlash. Karena kekuatan bentengnya bersumber dari ikhlashnya, maka jika tak didapatinya pancaran ikhlash di amaliyahnya, runtuhlah benteng hatinya. 

Hingga di suatu siang, datang sebuah teguran. Oh,.. mengapa hatinya kini tak bisa membacanya sebagai sebentuk kasih sayang? Mengapa hatinya melihatnya sebagai sebuah kecurigaan? Bahwa telah tertukar kepercayaan dengan satu atau dua bentuk keperluannya? 

Maka bergejolak hatinya, bergetar bentengnya. Nyerinya menjulang terangkat jauh hingga ke tujuh lapisan. Berbasah wajahnya meminta pembelaan-Nya.
Ya Robb, .. bukankah Engkau Maha Tahu, Bahkan jika hari itu ada senilai ‘cukup kurang sedikit’, pastilah dia tak akan meminta. 

Duhai,.. seharusnya memang dia tidak perlu meminta. Mengapa kebersandarannya pada Yang Maha Kaya tergeser oleh keputusasaan, bahwa tak mungkin Alloh berikan melalui tangan sendiri? Maka penyesalan telah menjungkalkannya, sekaligus menyadarkannya. 

Bahwa keikhlasan saudara kita harus tetap bisa kita jaga, agar Alloh pun tetap menitipkan ikhlas itu pada tahta hati kita. Jangan mengambil hak Alloh atas hati saudara kita, maka hendaklah kita pandai menengok jauh ke dalam benteng hatinya, agar kita pun pintar menata lisan, sehingga tak akan ada lagi kenyerian hati yang membubung tinggi, mempertanyakan keikhlasan hati.Karena ikhlash itu bertahtanya benar-benar di hati.

BDG, 11/11/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar