Jumat, 11 November 2011

SUAMI MELARANG ISTRI BERJILBAB?


SUAMI MELARANG ISTRI BERJILBAB?

Assalaamu ‘alaikum Wr. Wb.

Sobat sekalian yang berbahagia, …
Hari ini saya hanya ingin berbagi cerita ringan, teringat oleh kejadian kemarin ba’da Jum’at di taklim ibu-ibu lingkungan. Saya bertemu dengan seorang ibu muda yang wajahnya berseri, rapi terbalut jilbab kuning cerahnya. Padahal, sebulan sebelumnya dia mengadu dalam sedu sedannya, bahwa dia tidak diijinkan berjilbab oleh suaminya.
Alasan suaminya sederhana saja : bahwa kalau istrinya berjilbab, maka akan kelihatan seperti ‘emak-emak’, kumal, alakadar dan tentu saja aura kecantikannya akan hilang, sudah begitu, pasti bakalan ribet kalau harus keluar atau bepergian. 

Walau dibilang itu sudah kewajiban seorang muslimah, karena memang pemahaman suami belum sampai sana, setidaknya hatinya belum terbuka, maka tetap saja ijin tak diberikannya. Justru pertengkaran demi pertengkaran akhirnya terjadi antara mereka.
Sebulan yang lalu, saya memberikan saran :

1.     Jangan bersikap keras terhadap suami, hadapi dengan kerendahan hati sembari memohon pertolongan kepada Alloh untuk terbukanya hati suami.

2.     Tunjukkan akhlaq karimah sebagai seorang istri, sehingga suami tidak akan melihat bahwa keinginan kita yang ingin berjilbab walaupun bertentangan dengan keinginan suami bukanlah karena keinginan kita untuk membangkang pada suami. Intinya, dengan berjilbab, Insya Alloh kita akan semakin berlaku baik pada suami.

3.     Pandai-pandailah memilih jilbab, pakailah jilbab yang simple, modis dan warna yang serasi dengan baju (tentu juga disertai tips2 memilih jilbab yang nyaman)
4.     Tetaplah tampil menarik dengan berjilbab, jangan sampai kesan kumal, ala kadar dan bak ‘emak-emak’ mewarnai keseharian kita. (lha memang kalo sudah punya anak tuh, bukan emak2 to??? … hehehe…). 

5.     Tepis image suami, bahwa menutup aurot itu harus ‘kedombrangan’ dan tak sedap dipandang. Selama kaidah syar’i yakni tidak transparan, tidak membentuk lekuk tubuh sudah terpenuhi, setidaknya tahapan ini haruslah
dilewati dulu. 
Berikan pemahaman pada suami secara perlahan dan bertahap.
8.     Lakukan semuanya demi menyenangkan suami, karena Alloh. Maka kembalikan segala ikhtiar dan doa kita kepada Pemilik Hati suami, sehingga ketentraman akan kita miliki.
Subhaanalloh, … ketika paras berserinya sudah saya jumpai di pojok ruangan di antara ibu-ibu majelis taklim lainnya, saya berhusnudzon, setidaknya sudah ada perkembangan bagi I’tikat baiknya.

Dan benarlah adanya, ketika saya mau pulang, dia menawarkan mengantarkanku sampai ke rumah. Dengan berboncengan di atas motor Mionya, meluncurlah puji dan syukurnya, bahwa akhirnya sang suami telah mengijinkannya berjilbab. Meski kadang masih suka mengkritik bagian ini dan itu. 

Alhamdulillah, setidaknya bukan melarangnya lagi. Dan anggap saja, bahwa kritikan itu adalah bukti kepedulian suami pada istri, tak perlu diambil hati, tapi upayakan sebagai sarana memperbaiki diri. 

Begitulah, … Sang Pembolak-balik Hati Memang Maha Kuasa, dan upaya kita hanyalah sekedar ikhtiar dan doa, kemudian bertawakkal kepada-Nya.
Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar