Selasa, 08 November 2011

Sahabat Para Ibu

Hallo Sahabat semua,…
Senang bisa berbagi kembali lewat catatan ringan yang terjadi dalam lingkungan sederhana saya. Semoga berkenan.

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah tayangan di televisi swasta yang dipandu oleh presenter cantik, Rosiana Silalahi. Dalam acara tersebut diundanglah anak-anak  penyandang Down Syndrome dengan berbagai tayangan keseharian mereka, sekaligus  prestasi-prestasi yang telah mereka capai.
Tak terasa, .. mengalir air mata haru, sekaligus bangga melihat kelebihan mereka yang mungkin bagi kebanyakan anak-anak kita bukanlah hal yang aneh.

Melihat tayangan tersebut, ingatan saya langsung terpagut pada sosok yang setiap hari minimal tiga kali berjalan menyusuri jalan-jalan di perumahan. Ape, kami biasa memanggilnya begitu. Adalah salah satu penyandang down syndrome yang merupakan sahabat para ibu-ibu komplek.
Apa sebab?
Sahabat ,.. jika suatu hari kita mendapati stock nasi kita berlebih, sementara kita sudah tidak mungkin mengkonsumsinya lagi,.. bisa jadi karena bau, bisa jadi karena sudah mengering, kira-kira bagaimana perasaan kita? Mungkin beragam ya,… Bisa jadi biasa-biasa saja, toh tinggal membuangnya ke tempat sampah. Atau mungkin setengah hati,.. tak ingin membuangnya. Dibiarkan begitu saja dan tunggulah hingga berjamur, sampai kemudian kita bisa sepenuh hati tanpa terbebani membuangnya juga. Atau kalau di kampung saya dulu,.. ibu-ibu menjemurnya untuk kemudian setelah kering mengolahnya menjadi makanan kembali.

Tapi,… kebanyakan dari ibu-ibu yang saya temui, ternyata sudah tidak sempat dan tidak telaten lagi mengolah nasi-nasi berlebih menjadi jenis makanan yang lain. Namun, untuk membuangnya pun mereka sangat berat. Ada perasaan bersalah luar biasa kalau nasi-nasi tersebut terbuang percuma. Pamali, katanya. Hal ini bisa menjauhkan rejeki. Mubazir, mungkin. Menyia-nyiakan rejeki yang sudah diberi.
Nah,.. mengingat kemungkinan nasi berlebih, -meski semangkok atau bahkan sebakul- itu bisa saja terjadi, maka keberadaan Ape telah sangat menolong para ibu-ibu ini. Ape, sosok yang mungkin berbeda dari kebanyakan kita, terbekali skill menjalani hidup dalam kapasitasnya sebagai anak orang tidak mampu. Jika dalam tayangan televisi yang saya sebutkan di awal saya melihat bagaimana anak-anak down syndrome terbekali oleh pendidikan dan terapi yang luar luar biasa untuk bisa mandiri, maka tentu berbeda dengan seorang Ape. Orangtuanya menyerahkan perkembangan Ape pada lingkungan yang menerimanya apa adanya. Bisa jadi ada celaan, namun dia tetap tumbuh dengan sebatas kapasitas yang dia miliki.

Orangtuanya memberikannya tanggungjawab mengelola peternakan bebek. Untuk itulah, setiap hari tiga kali, Ape berkeliling menyusuri jalanan kompleks, … jeli melihat peluang dari pintu pagar tiap-tiap rumah. Jika terdapat bungkusan plastic kresek, berbinar matanya. Segera di ambil dan dimasukkannya ke dalam karung, atau bahkan tetap ditenteng-tenteng di sepanjang jalan.

Ya,… ibu-ibu di lingkungan sederhana saya selalu membungkus nasi-nasi sisa dengan kresek, kemudian digantungkannya di pagar depan, atau di pohon yang tertanam di depan rumah, pokoknya di tempat-tempat yang gampang di lihat. Dan Ape akan mengambilnya sebagai sumber makan bagi ternak-ternaknya.
Dia menjalaninya dengan ekspresinya yang khas,… yang kalau saya melihatnya tak lebih dari rasa ikhlasnya mengambil posisi sebagai salah satu penyeimbang kehidupan. Itulah maqamnya, tanpa keluh kesah yang berarti.
Kalaupun ada, pernah ketika harga beras meroket, dia berujar : “Ayeuna mah, hese’ milarian sangu sesa, jigana batur teh taruangna nuju seeur.” (sekarang mah susah nyari nasi sisa, sepertinya orang-orang makannya lagi banyak). Hahaha…tetap dengan kepolosannya dia berpraduga.
Ape, .. ketika melintas di depan rumah saya berujar :
“Ape, hoyong di poto? Sok atuh, dipotoan ku ibu, …”
“Nya’ atuh … mangga we, tapi Ape menta’ hiji, da Ape mah tara aya potoan.” Begitu dia menjawab dengan logatnya yang khas.
Hmm,…. maka Sahabat Baltyra, inilah Ape dengan senyumnya, sosok sahabat para ibu di lingkungan saya.

Boleh kenalan kok…
Salam dari Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar